Kebiasaan Sabung Ayam Di Tanah Toraja

Kebiasan sabung ayam itu memang sudah berada di tanah toraja sejak mulai dahulu kala. Bahkan rutinitas adu ayam itu sudah terdapat semula pemerintahan belanda masuk ke tempat indonesia. Hingga saat ini banyak diketahui ajang laga ayam di toraja, dalam kebudayaan tanah toraja sendiri adu ayam ialah kebudayaan yang sudah melekat lama.

Sabung ayam di toraja sudah diketahui jauh sebelum saat masuknya kolonial belanda pada th. 1906 masehi. Sabung ayam dalam budaya toraja ialah satu di antara langkah penyelesaian sengketa untuk beberapa pihak berselisih tentang masalah apapun yang mereka tidak bisa lakukan sendiri.

Laga ayam juga ditangani menjadi pemenuhan ritual kepercayaan atau aluk yang mana bulu sayap ayam jantan di ambil juga ditancapkan di " tuang-tuang " atau bentangan bambu-bambu kecil menjadi simbol penolak bala pada acara " aluk rambu solo ".Pada jaman semula belanda kuasai juga menyuruh toraja, sabung ayam ialah rutinitas dalam budaya toraja, walau juga sering buat jadi atena taruhana atau judi di pasar maupun di upacara rutinitas.

Makna sabung ayam dalam peradilan beberapa orang toraja diketahui dengan sebutan si londongan. Tata langkah peradilan sabung ayam (si londongan) diakui juga dilihat resmi serta dihormati apapun keputusannya oleh beberapa orang, walau tidak ada saksi-saksi juga alat-alat bukti beda seperti yang umum di pengadilan moderen itu.

System peradilan ini ditangani oleh badan dewan rutinitas beberapa orang toraja. Siapa saja yang kalah jadi dalam pertandingan itu yang sudah disetejui dengan juga dilihat oleh orang sekampung ini jadi yang kalah mesti taat pada ia yang sudah menang dalam pertandingan itu. Tidak ada unjuk rasa, terutama anarki, karena dalam pertandingan itu sebagian pihak rasa hasil dari peradilan ini sudah yang sangat adil. Namun dalam perubahannya rutinitas sabung ayam jadi ajang taruhan di sebagian kesempatan juga terdapat bermacam tempat.

Untuk kebiasaan sabung ayam nya yang dimainkan oleh suku bugis dengan pertarungan memakai taji atau penambahan dengan memakai satu logam tajam yang umum dimaksud dengan pisau taji. Dalam pertarungan umumnya pemilik ayam yang diprioritaskan untuk masuk ajang untuk sama-sama perjumpaan serta berjabat tangan lalu dari semasing pihak menempatkan pisau pada kaki ayam itu.

Pemasangan taji pisau harus juga dipastikan dengan persetujuan, menempatkan satu atau dua pisau. Kemudian ayam di terlepas untuk di pertarungan sampai terdapat salah satunya yang kalah. Untuk lihat sinyal kekalahan itu umumnya berbentuk ayam lari karena kalah mental, ayam cuma diam saja waktu terserang pukulan, ayam mati karena terkena taji. Serta sepanjang pertarungan pemilik tidak akan masuk ajang sabung ayam terkecuali untuk ambil ayam waktu dipandang kalah oleh juri.

Apabila ayam yang dipertarungkan cuma diam waktu terserang jadi otamatis ayam dinyatakan kalah. Walau demikian untuk pastikan ayamnya kalah, pemilik akan ambil ayam serta memasangkan kayu bercagak yang akan dipasangkan pada kepala ayam yang kalah. Serta ayang yang menang itu haruskan untuk mematik kepala ayam sekitar 3 kali baru dipandang seperti pemenang yang resmi, bila tidak lakukan nya maka dapat dipandang seri.